 Salah  satu hal yang teringat dikala masa masih menuntut ilmu di bangku  sekolah dan kuliah dulu adalah saat ujian, guru kita pasti  memperingatkan supaya jangan saling mencontek, atau bahkan ngerpe,  sehingga apabila  saat ujian itu terbukti mencontek atau ngerpe, maka  pastilah akan mendapat sanksi hukuman, mulai yang ringan yaitu berupa  peringatan sampai yang terburuk adalah dianggap tidak lulus ujian  tersebut. Itulah realita yang dihadapi oleh kita semua pada saat berada  dibangku sekolah atau kuliah.
Salah  satu hal yang teringat dikala masa masih menuntut ilmu di bangku  sekolah dan kuliah dulu adalah saat ujian, guru kita pasti  memperingatkan supaya jangan saling mencontek, atau bahkan ngerpe,  sehingga apabila  saat ujian itu terbukti mencontek atau ngerpe, maka  pastilah akan mendapat sanksi hukuman, mulai yang ringan yaitu berupa  peringatan sampai yang terburuk adalah dianggap tidak lulus ujian  tersebut. Itulah realita yang dihadapi oleh kita semua pada saat berada  dibangku sekolah atau kuliah.Satu pertanyaan kemudian timbul dalam  diri, benarkah memang yang dinamakan contek mencontek atau ngerpe adalah  suatu hal yang harus dihindari bahkan itu adalah suatu yang akan  berdampak buruk bagi pelakunya apabila ini sudah jadi budaya? Kalau itu  menjadi  pertanyaan, maka kita harus melihat budaya ini dari beberapa  sisi yang berbeda sehingga  bisa memahami  dengan sebenar-benarnya serta  lebih objektif
Dari satu sisi, kenapa dianggap sesuatu kesalahan besar, apalagi jika diterapkan waktu ujian? Hal ini didasarkan pada penilaian apabila melakukannya berarti pelakunya adalah seorang pemalas, tidak paham pada pelajaran tersebut, sehingga dianggap ini adalah jalan pintas bagi pelaku supaya mendapat nilai yang baik dalam ujian tersebut. Memang inilah yang banyak melandasi orang untuk akhirnya mencontek atau ngerpe, dan kalau kita lihat dari sisi ini memang suatu hal yang bermakna jelek bagi pelakunya.
Tapi dari sisi yang lain secara tidak  langsung, larangan ini berdampak hal yang kurang baik bagi perkembangan  perilaku seseorang, kenapa demikian? Kita lihat saja kondisi sekarang,  kenapa ujian itu tidak diperkenankan mencontek atau ngerpe, karena  materi yang diberikan saat ujian adalah materi yang benar-benar bersifat  hafalan sesuai buku acuan. Nah hal ini secara tidak langsung sebenarnya  apabila menjadi suatu kebiasaan, secara tidak langsung akan membunuh  kreatifitas seseorang, karena akan lebih terpaku pada apa yang ada dalam  buku, monoton, tanpa penalaran. Aplikasi dalam kehidupan adalah  akan  membentuk jiwa orang yang kaku dalam berkomunikasi dan berekspresi, ini  bisa dibuktikan sendiri.
Sehingga orang yang melihat realita tersebut akhirnya sekarang dengan  kreatifitasnya menciptakan suatu metode yang tidak menghilangkan esensi  materi dan di satu sisi juga menumbuhkan daya nalar, yaitu sering kita  lihat banyak ujian dikerjakan secara kelompok, atau dengan diperbolehkan  membuka buku (Open Book) bahkan ada yang soal ujian itu bisa dikerjakan  di rumah. Kesemuanya itu dirancang dengan soal-soal kebanyakan studi  kasus atau penalaran lanjutan dari teori yang sudah ada. Inilah  sebenarnya yang mesti kita buat kalau ingin lebih melath kreatifitas dan  memajukan pola pikir seseorang.
Jadi sekarang mungkin bisa dijadikan wacana sebagai perubahan model  untuk lebih terbuka dari sebelumnya, karena bagaimanapun juga itu akan  lebih efektif, bukankah model di dunia bisnis pun sekarang untuk bisa  sukses banyak mencontoh model usaha-usaha yang terbukti berhasil seperti  model bisnis waralaba, MLM dengan berbagai macam variasinya?
sumber : http://dunianopy.com/2009/04/16/budaya-mencontek/ 
 
No comments:
Post a Comment